Total Pageviews

Sunday, 18 December 2016

SAKSI-SAKSI JEHOVAH DAN TRINITAS

     Aliran penganut Arianisme dan Unitarianisme yang kuat saat ini dan sangat agresif dalam menentang ajaran Trinitas adalah Saksi-saksi Jehovah. Dalam buku-buku dan literatur Saksi-saksi Jehovah, kita dengan mudah menjumpai sikap yang menentang Trinitas dan bahwa Yesus disebut Ciptaan yang lebih rendah dari Bapa dan bahwa Roh Kudus adalah sekedar tenaga aktif atau kekuatan dari Allah. Bahkan dari itu pengajaran Trinitas dianggap sebagai ciptaan setan.
     Kelihatannya pendiri Saksi-saksi Jehovah mempunyai pengalaman traumatis yang pahit dengan gereja yang disebutnya susunan Kristen sehingga pada masa modern ini masih mengungkapkan rasa kebencian srbagai luapan emosi, yang menghasilkan ucapan yang sarkatis seperti gereja disebut "Babel Besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi" (Saksi-saksi Jehovah Pemberita Kerajaan Allah, halaman 51-52), karena itu setiap Saksi-saksi Jehovah diharuskan melepaskan diri dari keanggotaan gereja Kristen yang diikutinya sebelumnya.
    
TRINITAS ADALAH TIGA DEWA

     Bagi Saksi-saksi Jehovah umat susunan Kristen dianggap sebagai "memuja Allah yang kusut yang rupanya ganjil serta mempunyai tiga kepala ... sesungguhnya seorangpun belum belum pernah melihat seorang makhluk manusia berkepala tiga" (Karena Allah itu Benar Adanya, halaman 106-107), disebut Saksi-saksi Jehovah merujuk manusia sebagai gambar Allah.
     Trinitas bagi Saksi-saksi Jehovah bahkan diasosiasikan dengan tritheis Horus-Osiris-Isis atau Rameses ll-Amon-Ra-Nut (keduanya dari Mesir), Istar-Sin-Samas (Babel), Trimurti (India) dan gambaran artis tentang Allah berkepala tiga (Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?, halaman 2,10).
     Tidak dapat disangkal, bahwa selain pengaruh Gnostik, Arianisme dan Unitarianisme, Charles Taze Russel, pendiri Saksi-saksi Jehovah, tanpa sadar dipengaruhi konsep Buddhisme ketika belajar agama-agama Timur dalam masa kehausanya (Saksi-saksi Jehovah, Pemberta Kerajaan Allah, halaman. 122)
     Konsepnya mengenai kematian roh dan roh sebagai kekuatan ilahi dan ditolaknya.siksaan kekal adalah khas ajaran agama timur Zen Buddhisme.
     Kita perlu kritis dalam membaca literatur Saksi-saksi Jehovah sekalipun kelihatannya bersifat ilmiah karena mengutip banyak sumber. Dalam buku promosi Saksi-saksi Jehovah berjudul "Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?", dikemukakan bahwa ajaran Tritunggal adalah ajaran kafir yang dipengaruhi Mesir dan Plato (halaman 3-12) dan Saksi-saksi Jehovah mengutip pernyataan tokoh-tokoh gereja yang Anti-Trinitarian (halaman 7) seperti Justin Martir, Irenius, Clement dari Alexandria, Tertulianus, Hypolitus dan Origen. Ini justru menunjukkan kontradiktif yang rancu.

TRINITAS DAN KEYUNANIAN

     Dari sejarah kita mengetahui bahwa perumusan Trinitas dikemukakan baik oleh uskup di Mesir (Alexsander dan Athanasius) juga oleh uskup Eropha (Irenius dan umumnya bapak-bapak gereja Roma) untuk menghadapi Arius. Berbeda dengan mitologi Babel dan Mesir yang men" tiga"kan Tuhan, tokoh-tokoh ini justru menekankan ke"Tunggal"an Allah.
     Justru Ariuslah (penatua Alexandria) yang menekankan ke"tiga"an itu dimana yang kedua dianggap lebih rendah dari yang pertama. Kutipan yang seakan-akan diucapkan Irenius diragukan, karena bersama-sama Alexander dan Athanasius. Irenius sebenarnya menekankan "keesaan Logos adalah Allah baik dalam penciptaan maupun penebusan manusia".
     Yang menarik, faktanya contoh tokoh lainnya yang disebutkan itu justru mereka mengawinkan filsafat Pluto (Logos lebih rendah dari Allah) dengan Alkitab, terutama Justin Martir, Clement dari Alexandria dan muridnya Origen dan mereka ditentang oleh tokoh-tokoh Gereja yang ingin membebaskan Alkitab dari pengaruh Yunani.
     Pada Konsili Nicea dan Konstantinople selain Arius, ide tokoh-tokoh contoh itu ditentang oleh mayoritas, bahkan pada tahun 362 setengah pengikut Origen tidak setuju dengan gurunya mengenai perendahan Logos dan pemisahan Logos dari Allah, dan kemudian bergabung dengan Athanasius. Pada tahun 399 ajaran Origen ditolak gereja.
     Contoh di atas menunjukkan argumentasi yang bersifat kontradiktif. Di satu segi penganut Trinitas dituduh dipengaruhi Plato padahal di segi lain penganut Platolah yang dijadikan contoh untuk menentang penganut Trinitas (yang notabene menentang Plato).
     Contoh manipulasi fakta lainnya dalam buku Saksi-saksi Jehovah itu adalah ucapan mengenai hadirin Konsili Nicea yang disebut " Yang Hadir kira-kira 300, sebagian kecil dari jumlah keseluruhan " (halaman 8), ini memberi kesan penganut Trinitas adalah minoritas. Padahal, fakta sejarah menyebutkan jumlah itu adalah mayoritas uskup yang ada pada saat itu dan mayoritas dari jumlah itu menolak gagasan Arius.
     Kalau 300 dianggap sebagian kecil berarti saat itu mestinya ada ribuan uskup di sekitar laut Tengah! Fantastis bukan? Buku itu dan Literatur Saksi-saksi Jehovah lainnya sama sekali tidak menyebut adanya tokoh "Arius" yang menyebabkan diadakannya Konsili itu dan yang justru mereka anut ajarannya.

YOHANES 1:1

     Rekayasa data buku itu juga ditunjukkan dalam argumentasi mengenai ayat Yohanes 1:1 (Firman itu adalah Allah) yang diterjemahkan oleh Saksi-saksi Jehovah menjadi "Firman itu adalah suatu allah.
     Untuk mendukungnya dikutip beberapa kutipan terjemahan Alkitab yang senada (lihat " Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?, halaman 27 dan "Kitab-kitab Yunani Kristen terjemahan Dunia Baru, halaman 414), padahal bila kita teliti kita mengetahui bahwa contoh-contoh itu umumnya ditulis oleh para pengikut Unitarian, Christadelphian dan Saksi-saksi Jehovah sendiri, termasuk The Emphatic Diaglott dan New World Translation of the Holy Scripture yang notabene turunan dari Diaglott.
     Alkitab versi bahasa Inggris yang digunakan mayoritas umat Kristen seperti KJV, AV, RSV, NIV maupun Douay (RK), semua menerjemahkan " The Word Was God" (bukan a god) demikian juga terjemahan baru dalam bahasa Indonesia "Firman itu adalah Allah" (LAI). Namun kitab-kitab yang dominan tersebut tidak diacu untuk menujukkan kebenaran terjemahan Saksi-saksi Jehovah.
     Dari rekayasa data buku itu kita dapat melihat bahwa penerjemahan Alkitab secara linear (Diaglott, yang artinya dua bahasa) juga dilakukan dengan rekayasa. Yang mencolok adalah memasukkan ajaran Arianisme mengenai Yesus dalam penerjemahan Alkitab tersebut sesuatu yang dalam bahasa Yunani disebut dengan "eisegese" (memasukkan kedalam) dan bukan "exegese" (menggali keluar).
     Selain contoh ayat Yohanes 1:1, dalam 18 ayat pertama Injil Yohanes pasal 1 ada 6 kata "Theos" yang tidak didahului oleh kata sandang "ho" {dhi. Yohanes 1:1 = ton} satu {ayat 1} ditujukan kepada Yesus dan lima lainnya (ayat 6,12,13) dan dua kali dalam 18) ditunjukan kepada Allah. Bila konsekwensi maka 5 kali itu menunjukkan bahwa Allah Jehovah ada "a god" juga).
     Ayat Kolose 1:16-18 dalam terjemahan New World ditambahkan kata "other" atau "yang lain" sehingga menimbulkan kesan bahwa Yesus ciptaan yang kemudian menciptakan ciptaan "yang lain" padahal kata "yang lain" itu tidak ada dalam naskah aslinya.

KURIOS ADALAH TUAN
     Contoh rekayasa lainnya adalah penerjemahan kata "Kurios".
     Dalam Septuaginta (terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani), kata itu diterjemahkan dengan kata Ibrani " YHWH" dan Adonai", YHWH nana diri Tuhan, Adonai dalam Perjanjian Lama digunakan sebagai "nama diri" dan "sebutan Tuhan" tetapi secara terbatas juga berarti "tuan"
     Perjanjian Baru juga mrenggunakan kata "Kurios", namun dalam terjemahan Saksi-saksi Jehovah terlihat rekayasa yang mencolok.
     Bila kata " kurios" dalam konteksnya berkaitan dengan Allah maka selalu diterjemahkan Jehovah (padahal mungkin juga Adonai), namun bila dikaitkan dengan Yesus umunnya diterjemahkan "Tuan Yesus" (padahal mungkin YHWH atau Adonai yang berarti Tuhan).
     Contohnya ucapan Thomas yang mengatakan "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yohanes 20:28) diterjemahkan menjadi "Tuanku dan Allahku" (New World), padahal ucapan ini adalah pengakuan jemaat pertama yang sesuai dengan ucapan pemazmur "ya Allahku (elohe) dan Tuhanku (Adonai)" (Mazmur 35:23), yang dalam Mazmur itu ditunjukkan kepada YHWH (Mazmur 35:22,24)
     Biasanya, Yesus selagi direndahkan menjadi manusia (Filipi 2:5-11; bandingkan Ibrani 2:9) yang bersifat sementara, dianggap bersifat tetap (permanen) dan ayat-ayat yang menunjukkan Yesus sebagai "manusia" itulah yang dipakai sebagai argumentasi untuk menunjukkan bahwa Yesus lebih rendah dari Allah (misalnya seruan Yesus disalib Matius 27:46).
     Contoh pemotongan ayat yang dilepaskan dari konteks adalah penafsiran bahwa Yesus "lebih rendah dari malaikat-malaikat" (Ibrani 2:9) dengan komentar:
     "Bagaimana mungkin suatu bagian keilahian yang
     maha-kuasa Bapa, Anak atau Roh Kudus dapat
     lebih rendah daripada malaikat-malaikat?" (harus-
     kah anda Percaya Kepada Tritunggal?, halaman
     15).
     Padahal ayat lengkapnya berbunyi:
     "tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat" (Ibrani 2:9)
     dan ayat sebelumnya berbunyi:
     "Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, ia berkata " semua nalaikat Allah harus menyembah Dia" (Ibrani 1:6).
     Bahkan disebutkan pula oleh YHWH bahwa Yesus adalah Allah sampai dua kali
     Tetapi tentang Anak, Ia berkata: "Takhta-Mu, ya Allah tetap untuk seterusnya dan selamanyadan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat Kebenaran". " Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikkan, sebab itu Allah, Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaam, melebihi teman-teman sekutu-Mu (Ibrani 1:8-9).
     Bila memang Alkitab tidak menyebut Yesus sebagai Tuhan dan Allah penerjemahan sesuai kaidah bahasa yang digunakan umat Kristen (yang diterjemahkan para ahli Theology dan bahasa asli), tentu akan mengungkapkan hal itu dan kita tinggal menunjukkan ayat-ayat yang mana.
     Justru karena Saksi-saksi Jehovah memasukkan doktrinya ke dalam penerjemahan, maka dalam Alkitab Saksi-saksi Jehovah (New World, yang diterjemahkan bukan oleh ahli Theology dan ahli bahasa asli dan kemudian terjemahan.Inggris New World itu diterjemahkan ke bahasa-bahasa lainnya) direkayasa sehingga kedua jabatan Kristus itu tidak diberikan kepadanya melainkan dijadikan sekedar "tuan" dan "suatu allah"
     Terlihat dengan jelas di sini bahwa terjemahan Saksi-saksi Jehovah bukanlah terjemahan sesuai kaidah bahasa aoa adanya tetapi merupakan usaha rekayasa untuk memasukkan ajaran Saksi-saksi Jehovah yang "Anti-Trinitarian" ke dalam Kitab Suci mereka (New World)

LALU?

     Dari beberapa argumentasi yang dikemukakan oleh Saksi-saksi Jehovah, keyakinan kita justru makin diteguhkan dengan kenyataan bahwa memang sebenarnya Alkitab memberitakan tentang ke"tiga"an Allah yang "Esa" itu yang untuk memudahkannya diberi istilah "Trinitas" atau "Tritunggal", sebab bila data-data Alkitab tidak jelas mengenai hal itu, tentulah Saksi-saksi Jehovah tidak perlu berusaha sekuat tenaga untuk melakukan beberapa hal berikut:
1. Menganggap ajaran Tritunggal berasal dari ajaran kafir (Yunani, Mesir dan Babel)
2. Menurunkan Yesus dari ke" Allah"an-Nya
3. Merendahkan Yesus yang "Tuhan" sekedar "tuan".

Dukunglah kami dalam.pelayan pemberitaan kebenaran ini supaya banyak di selamatkan